SAURUS TRANS INOVASI, Parigi Moutong – Sudah sepekan ini, warga disekitar wilayah Kecamatan Taopa dan Moutong mengaku resah dengan adanya aktivitas perusahaan tambang di hulu sungai Taopa.
Pasalnya, perusahaan yang diduga adalah PT Citra Palu Mineral (CPM) itu, saat ini sementara melakukan aktivitas dititik lokasi dengan menggunakan alat berat.
Warga hawatir, aktivitas yang mereka sebut hanya melakukan ‘penelitian geologi’ itu, sebenarnya sudah melakukan aktivitas produksi.
Demikian kata perwakilan Alinasi Masyarakat Peduli Lingkungan, Sugiarjo, dihubungi sejumlah media, Jum’at, 10 Maret 2023.
Sugiarjo mengatakan, kehawatiran mereka bukan tanpa alasan, hal itu karena, ada sekitar 11 desa yang ada di Kecamatan Taopa dan Moutong akan terkena dampak lingkungan dari aktivitas pertambangan di hulu sungai Taopa.
“Apapun bentuk aktivitas PT CPM di hulu Sungai Taopa, warga dengan tegas menolak. Tidak ada tawar menawar,” ungkapnya, via telepon.
Manurutnya, bahkan sebelum adanya aktivitas pertambangan, Kecamatan Taopa merupakan wilayah rawan banjir yang terjadi sejak 2018.
Banjir pernah merendam ratusan rumah warga di bantaran sungai Taopa, diantaranya Desa Gio Barat, Gio Induk, Parea, Tompo, dan Sibatang, dengan kerugian materi yang tidak sedikit.
“Bahkan, tambak udang dan bandeng gagal panen, perkebunan terendam lumpur akibat banjir. Artinya, bila ada aktivitas tambang akan memperparah dampak kerusakan lingkungan,” tandasnya.
Dikonfirmasi terkait itu, Kepala Desa Taopa Utara, Riman Sinantra mengaku, perwakilan pihak perusahaan memang telah menyampaikan ke Pemerintah Desa (Pemdes) akan melakukan aktivitas dengan menunjukan dokumen dari Dirjen Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM.
Namun kata dia, apa yang mereka sampaikan ke Pemdes adalah aktivitas penelitian yang akan berlangsung selama kurang lebih satu bulan.
Tetapi, kata Riman, yang tampak terlihat bukan sekadar melakukan penelitian, karena pihak perusahaan telah melakukan pembabatan pada lahan perkebunan warga dengan alasan membuka jalan menuju titik lokasi.
“Awalnya mereka pamit hanya minta akses jalan ke titik lokasi. Ternyata di lapangan, semua kebun warga yang ada tanaman produktif ikut dibabat. Akhirnya, mereka mengadu ke Pemdes Taopa Utara,” kata dia.
Sehingga, Pemdes mengelar musyawarah yang dihadiri warga, Pemerintah Kecamatan Taopa, perwakilan TNI dan perwakilan Perusahaan pada 5 Maret 2023.
Pertemuan itu, lanjutnya, bukan hanya membahas pembabatan lahan perekebunan warga, namun juga tentang penolakan warga atas aktivitas pertambangan, karena dikhawatirkan akan merusak lingkungan.
Hasilnya, perwakilan perusahaan berjanji akan menghentikan aktivitasnya, dan menurunkan alat berat yang beroperasi di lokasi hulu Sungai Desa Taopa dalam jangka waktu dua hari, mulai 6-7 Maret 2023.
“Namun, sampai saat ini aktivitas tetap saja masih berlangsung. Malah bertambah lagi alat berat yang beroperasi di atas,” pungkasnya.
TIM